Postingan

Pelangi Luka

 Aku kira mendung yang selama ini kualami saat kepergianmu, kan segera sirna Ternyata hujannya makin lebat, membuatku menggigil kedinginan Menumbangkan pilar-pilar jiwaku yang kubangun sendiri saat setelah kepergianmu, Kukira setelahnya kan usai, dan kudapati pelangi yang indah Ya, memang. Kukira bahagiaku telah sampai. Pelangiku tlah kuraih, dengan kemantapan hatiku.  Dengan perasaan yang tak kurang namun tak lebih jua. Pas rasanya.  Komposisi warna yang pas, sempurna nyaris tak ada celah.  Bahkan aku tak hanya sendiri menikmati hadirnya pelangi, Keluargaku pun turut menyambut pelangi itu datang.  Bahkan aku telah menghentikan, warna lain yang akan menambahi pelangiku.  Namun, ternyata aku salah.  Pelangiku ini ternyata hanya semu, Indah sekali pelangi itu menawarkan sebuah keseriusan untukku menjadi langit cerah yang dia mau aku selalu bersama.  Masa depan yang ia tawarkan, kasih sayang yang dia berikan, perhatian, kata-kata yang dia ucapkan sun...

Coretan Rasa

 _Terimakasih atas kepedulianmu_ Hari ini, aku mengucapkan terimakasih kepadanya. Beberapa waktu lalu, dia mengirim pesan kepadaku.  Yah, ternyata dia masih mengingat kesukaanku.  Sekian lama aku tidak bertukar pesan dengannya.  Bukan karena tak lagi ingin.  Sungguh hati ini ingin sekali terus bertukar pikiran dengannya.  Berbagi segala hal tentang dinamika hari yang selalu berbeda.  Namun, lagi dan lagi. Bukan karena tak ingin lagi.  Hanya, untuk saat ini ada tabir ilahi yang kami jaga bersama.  Ada jalan yang harus kami tapaki agar tetap  pada lajur kebenaran.  Sungguh aku ingin,  Tapi, saat ini kita hanya bisa bertukar doa melalui sang penentu takdir.  Aku hanya bisa mengatakan sampai jumpa pada takdir yang Allah tentukan.  Mas, andai kamu tahu. Perasaanku saat ini. Bagaimana yah, kamu akan bersikap? Mas, aku tahu kamu seorang lelaki bertanggung jawab. Aku hanya memikirkan apa yang kurasa saat ini dan mengkhawatirk...

Embun Doa dan Embun Cinta

yang terus bergulir ialah waktu membawa segalanya tanpa pernah merasa berat bahwa diriku pun terbawa oleh waktu segala kenangan buruk, sebenarnya ingin ku tinggal saja di sana tapi nyatanya waktu dengan ringannya membawakan serta itu semua tanpa terkecuali hanya hati yang mampu menampung segala apa yang dibawa oleh waktu karena sesungguhnya, hati itu mampu menampung apapun tak terbatas tergantung bagaimana seseorang melapangkan hatinya termasuk bagaimana kumelapangkan hatiku dan, jika ada seseorang yang bertanya bagaimana hatiku sekarang aku sendiri tak ingin melukiskannya krn tanpa kulukis atau kudeskripsikan, bagaimana hatiku sudah jelas nyata tak butuh lukisan lagi untuk menggambarkannya aku mulai menerima perasaan cinta yang Allah tanamkan dalam hatiku kepada seseorang, yang kini tak ada dalam jangkauanku beberapa waktu itu aku mencoba tuk menghapusnya mengabaikannya tapi rasa cinta itu memang ada tak pernah pergi meski sapa tak lagi, meski tatap tak lagi, meski kabar tak lagi, apa...

Kepada Allah Aku Berharap

Alhamdulillah Ala Kulli Hal Bukanlah bujukanku yang membuatmu kembali Bukanlah kata² cinta dan pernyataan rasa yang membuat kita dapat bersama kembali Bukanlah perhatianku yang membuat hatimu menetap padaku Bukanlah karena sikapku, yang membuat hatimu menujuku Bukanlah karena kebaikanku yabg membuatmu memilih tuk kembali Sekuat apapun usahaku Sebaik apapun diriku padamu Tak akan pernah membuat kamu menyerahkan sepenuh hatimu untukmu Sekuat apapun aku memaklumi Memberikan ruang bebas Dan menghapus posesifku  Menjadi sosok yang membuatmu nyaman tanpa menuntut apapun Semua itu tak menjamin kau pun akan terus menetap Kau akan membalas rasaku padamu Bahkan setelah apa yang kita lewati bersama Mungkin itu pun tak cukup menjadi alasan untukmu suatu saat nanti mengetuk pintu rumahku Memintaku secara baik Menghalalkanku, mengijinkan aku untuk menemanimu menuju surga-Nya.  Tak akan semudah itu menggerakan hati itu Meski hatiku berharap hari itu akan tiba Alhamdulillah ala kulli hal Aku ...

yang ada

 Beberapa wktu ini, aku memilih diam  bukan berarti diam karena telah melupakan semuanya justru dalam diam ini, aku berusaha untuk bersabar karena hal yang kemarin, tak mampu kutulis aku tak mampu melakukan apapun kubiarkan air mataku yang menulis bagaimana hati ini dan kubiarkan dalam doa kutuangkan semua nya stiap hari adalah waktu menunggu adzan tiba untuk setelahnya menunaikan rindu yah, rindu.. yang obatnya bukan pertemuan yah,, rindu yang penawarnya adalah doa kepada Rabb ku kamu yang ku tak tahu bagaimana dan sedang apa mungkin juga sudah melupa disini, aku hamba Allah yang kecil selalu menghamba, mendoa dan menangis  entah rasa apa ini senyum binar bercampur air mata entahlah,,

Kuhujani Doa berharap Pelangi itu Ada

 Ujian datang tak pernah bilang Tak hanya satu Tapi beribu bersama Mengguyurku tanpa ampun Aku tahu, tak bisa berlama² untuk kehujanan Sebab aku takkan tahan dengan dinginnya Berteduh Ya hanya itu satu² yang mampu kulakukan Tapi ujian ini seakan menghujani diriku dengan derasnya Tak tahu kapan akan reda Aku tak mungkin mencari tempat berteduh disekitar  Sebab pandanganku terbatas Beda dengan Allah yang tak terbatas Yah, hanya Allah yang mampu membantuku untuk berteduh Berteduh dengan doa yang kupanjatkan Semakin ku berdoa, Semakin aman daku dari guyuran ujian Yah, aku bisa bertahan di kala hujannya ujian sedang deras²nya Disana pula, aku tak akan gentar Jika hujan ini kubiarkan  Maka hanya akan mendatangkan badai yang memporak porandakan jiwa ragaku Tidak, bukan ini yang kumau Aku ingin pelangi setelah ini Yah aku tahu  Pelangi itu pasti bisa kubuat Stidaknya aku sudah mencoba

Senyum Yang Kau Bawa Pergi

Aku tak menginginkan semua ini Aku juga tak mengerti Mengapa, aku seakan kehilangan senyumku yang dulu Kini, aku lebih suka menangis Entah dalam sedih atau bahagia Yang hadir hanya air mata Seolah binar senyum di mataku lenyap Aku merasakannya sendiri Senyumku yang dulu seolah bernyawa Tak hanya terukir di wajah Namun, terpancar dari mata Tapi sekarang berbeda, Senyumku tak lagi bernyawa Yang tertinggal hanyalah raga senyum Ragaku tersenyum, tapi ku rasa binarnya tak sama seperti dulu kurasa Apakah air mataku telah membuat nyawa senyumku terlepas dari raganya? Saat ini, Begitu mudahnya, tangisku bercerita Begitu sering tangisku berbicara  Entahlah,  Satu hal yang kutahu, air mata itu menghadirkan setitik lega dalam hatiku diantara nestapa yang mengungkungku