Pelangi Luka

 Aku kira mendung yang selama ini kualami saat kepergianmu, kan segera sirna

Ternyata hujannya makin lebat, membuatku menggigil kedinginan

Menumbangkan pilar-pilar jiwaku yang kubangun sendiri saat setelah kepergianmu,

Kukira setelahnya kan usai, dan kudapati pelangi yang indah

Ya, memang. Kukira bahagiaku telah sampai.

Pelangiku tlah kuraih, dengan kemantapan hatiku. 

Dengan perasaan yang tak kurang namun tak lebih jua. Pas rasanya. 

Komposisi warna yang pas, sempurna nyaris tak ada celah. 

Bahkan aku tak hanya sendiri menikmati hadirnya pelangi,

Keluargaku pun turut menyambut pelangi itu datang. 

Bahkan aku telah menghentikan, warna lain yang akan menambahi pelangiku. 

Namun, ternyata aku salah. 

Pelangiku ini ternyata hanya semu,

Indah sekali pelangi itu menawarkan sebuah keseriusan untukku menjadi langit cerah yang dia mau aku selalu bersama. 

Masa depan yang ia tawarkan, kasih sayang yang dia berikan, perhatian, kata-kata yang dia ucapkan sungguh itu sangat meyakinkan.

Bahkan nyalinya untuk datang dan masuk kedalam keluargaku. 

Kukira dia pelangi yang sesungguhnya.

Ternyata dia adalah pelangi luka yang sesungguhnya. 

Luka yang terbungkus sangat indah,

Bisa dibayangkan betapa sakitnya? 

Tentu, lebih dari sakit yang pernah kurasa. 

Ya Allah, sebenarnya kemana engkau akan membawa takdir percintaanku ini. 

Sebenarnya, kemana kau akan menuntun hatiku?

Aku hanya bisa bersabar, entah merelakan atau apa. Ini sakit sekali ya Allah. 

Sakit sekali... 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Rasa

Muara Harapan