Tak Bertempat

 Dear Hari-hari, 

Terimakasih kau selalu menemani.  Menjadi saksi bisu,  perjalanan hati yang selalu berusaha berjalan walau tertatih.  

Sebab hati ini sungguh tlah tertatih, namun masih harus memapah hati disekitarnya untuk bersama berjalan melewati cobaan indah yang Allah turunkan secara berturut.  

Ketika galau melanda gulana,  belum sempat kubuat penawarnya,  sudah ada batu besar menyapa yang mana aku harus menjadi penguat sekitar, memastikan tidak ada yang hancur seserpihpun. 

Terkadang aku termenung dalam sepi.  

Ramai dalam tangis,  yang kurengkuh sendiri.  

Tak jarang, tangis yang datang,  mengobati haus pesakitan yang mendalam walau sementara.  

Sakit yang tertimbun lagi oleh sakit.  Hingga tak bertuan. Bagaimana aku menyebutkan rasanya.  

Ingin sekali berandai,  jikalau saja ada dia yang ada.  Andai saja, tp tidak.  Aku tidak akan berandai.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Rasa

Pelangi Luka

Muara Harapan