Tentang Kriteria Pendambing Hidup

 Tentang aku yang tak sesuai kriteriamu... 

Aku...  Berawal dari aku, 

Masa laluku,  yang telah terjadi

Aku tak mampu mengubahnya,  seburuk apapun itu,  aku tak mampu memilihnya. 

Hanya ada satu pilihan,  yakni menerimanya. 

Aku yang terlahir dari keluarga tak sempurna.  

Keberadaanku yang diasingkan oleh ayahku sendiri. 

Aku kecil yang tumbuh akrab, bersahabat dengan cobaan-cobaan yang begitu indah. 

Ketika anak kecil,  lari kabur krn tak mau makan.  

Sebaliknya,  aku lajukan perjuangan,  lari menahan sabar agar ada sesuap nasi yang bisa dimakan.  

Aku yang tumbuh akrab dengan cinta khayalan.  

Iya,  karena itu hanya ada dalam bayangan.  

Orang menyebutnya cinta pertama anak gadis adalah ayahnya.  

Namun demikian,  aku tetap tumbuh dengan penuh cinta dan syukur.  

Aku tak henti berdoa,  mengemis cinta pada Sang Maha Kuasa. 

Berharap cinta pertama itu hadir di keluarga ini.  

Tapi, takdir berkata lain. 

Sabtu malam itu,  berita duka terdengar. 

Hatiku yang beku,  luruh melihat jasad yang terbujur kaku. 

Saat itu,  aku benar benar merasa,  cintaku telah tertutup. 

Harapan memiliki keluarga sempurna itu sirna, terikat oleh seutas tali yang takan pernah bisa kulepaskan.  

Harapan itu berubah menjadi catatan sejarah baru dalam hidupku.  

Sejarah yang tertulis dengan TINTA MERAH TEBAL. 

Yang mungkin,  kelak menjadi SEBAB. 

Sebab seseorang untuk tidak menerimaku.  Iya, karena standar yang mungkin ditetapkan tak mungkin diusik oleh masa laluku.  

Terbuka, Jujur demi kebaikan adalah pilihanku.  Bukan bohong demi kebaikan.  Karena tidak ada kebaikan yang dilandasi dengan kebohongan.  

Wahai seseorang, 

Aku sadar,  sangat sadar.  Aku memang tak layak untukmu.  

Tak pantas untuk kau terima.  Tak pantas mendapatkanmu.  

Dan kau berhak,  sangat berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.  

Wahai seseorang, 

Ketahuilah,  bahwa aku tidak bisa memilih masa laluku.  Tapi seizin Allah,  aku bisa membangun masa depan. 

Wahai seseorang, 

Aku tahu engkau bukan Rasulullah,  yang tak mengungkit masa lalu kelam Umar bin Khatab mengubur anaknya hidup-hidup.  

Tapi, aku berdoa.  Jikalau engkau pecinta baginda Rasulullah.  Engkau tak kan menilai dan mengambil keputusan dengan standar mutlakmu dan masa lalu seseorang.  

Dan semoga seseorang itu ada.  

Memilihku bukan karena aku. Tapi karena cintanya kepada Rasulullah yang lebih besar dibanding cintanya padaku.  

Meski itu semua terdengar nyeleneh.  Apakah aku layak untuk itu.  Aku akan berserah kepada-Nya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Rasa

Pelangi Luka

Muara Harapan