Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Ternyata Salah

 Ternyata salah Salah mengartikan isyarat yang kau berikan Selama ini hati ini benar terbutakan oleh sebuah rasa Kini aku sadar,  akan isyarat yang telah kau kirimkan Aku tlah salah dalam menanggapinya selaama ini Ternyata rasa yang tak sama Selama ini aku kira rasamu sama Ternyata aku salah mengartikan Ternyata rasa kita sangat berbeda Andai aku tahu menyadari isyaratmu yg demikian dari dulu Tentu hati ini tak kan bertahan sampai saat ini Ternyata salah,  aku bagai tak ada harganya Wanita tak berharga,  krn tdk kau hargai Ternyata salah,  Rasa ini harus berhenti cukup sampai disini Ternyata Seperti ini rasa bertepuk sebelah tangan Tak perlu dirisaukan Karena semua yang kita harapkan tak lantas harus kita dapatkan Ternyata aku hanya perlu menyadari,  bahwa aku masih ada satu yg harus diperjuangkan Yakni harga diri Diri ini berharga.  Jadi jangan buat diri ini tak berharga dimata siapapun   Atau jangan biarkan seorang pun tak menghargaimu atau...

Tak Bertempat

 Dear Hari-hari,  Terimakasih kau selalu menemani.  Menjadi saksi bisu,  perjalanan hati yang selalu berusaha berjalan walau tertatih.   Sebab hati ini sungguh tlah tertatih, namun masih harus memapah hati disekitarnya untuk bersama berjalan melewati cobaan indah yang Allah turunkan secara berturut.   Ketika galau melanda gulana,  belum sempat kubuat penawarnya,  sudah ada batu besar menyapa yang mana aku harus menjadi penguat sekitar, memastikan tidak ada yang hancur seserpihpun.  Terkadang aku termenung dalam sepi.   Ramai dalam tangis,  yang kurengkuh sendiri.   Tak jarang, tangis yang datang,  mengobati haus pesakitan yang mendalam walau sementara.   Sakit yang tertimbun lagi oleh sakit.  Hingga tak bertuan. Bagaimana aku menyebutkan rasanya.   Ingin sekali berandai,  jikalau saja ada dia yang ada.  Andai saja, tp tidak.  Aku tidak akan berandai.  

Ketika Rindu Tak Mampu Tuk Disampaikan

Kumilih menyimpan rindu itu.   Menyimpan dalam hati.   Mungkin suatu hari nanti, akan tercurah pasti.   Ah,  setidaknya aku bisa membaca sepatah kata suara jemarimu.  Sekedar tahu,  bahwa kau baik-baik saja.  Sudah cukup bagiku sekarang.   Namun,  rasa berkecamuk dalam diri ini tak berhenti.   Selalu sama meronta sejak saat itu hingga saat ini.   Kabarku?  Pertanyaan itu,  cukup sulit aku menjawabnya.   Nyatanya aku baik saja.  Namun faktanya aku juga tidak baik saja.  Lantas aku harus berkata apa?  Yang jelas,  sekarang lebih baik dari kemarin.  Lebih bisa menata hati.  Merapikan hati yang porak poranda.  Merapikan rasa sakit yang berantakan itu.   Jauh darimu ada pil pahit yang harus kubayar.  Agar aku bisa dekat dengan Allah.   Jauh darimu adalah pil pahit yang harus kurasa. Agar kau mampu merasakan manisnya perjuangan....